Ketika Netizen Menaruh Harap Pada Akun Medsos Pemerintah

Jaman Iku Owah Gingsir. Kalau kata pepatah Jawa satu ini, zaman, ruang, dan waktu akan selalu berubah dan dinamis. Termasuk ketika digitalisasi perlahan merangsek masuk, nyaris mengubah tatanan konvensional. Hal ini juga terjadi pada pola komunikasi pemerintah kepada publik. Begitu pula sebaliknya.

Di era revolusi industri 4.0 seperti sekarang, kegiatan kehumasan pemerintah jauh berubah. Ketika perkembangan internet melesat cepat, akun media sosial (medos) milik pemerintah kini seperti juru bicara yang paling mudah direngkuh. Lebih leluasa, nyaris tak ada sekat. Maka tak heran apabila akun media sosial pemerintah dianggap jembatan terdekat yang menghubungkan publik dengan pemerintah.

Tapi tentu saja menjadikan akun media sosial milik pemerintah sebagai senjata diseminasi informasi tunggal adalah pekerjaan rumah yang tidak mudah. Faktanya, luasan sebaran informasi di jagad maya masih banyak disokong oleh akun-akun besar yang selama ini jadi jujugan netizen.

Untuk di Daerah Istimewa Yogyakarta misalnya, tengok saja akun JogjaUpdate atau Info Cegatan Jogja (ICJ) yang sudah malang-melintang di dunia maya selama lebih dari satu dekade. Postingan mereka selalu berhasil menjaring audiens secara masif dan loyal.

Menyadari hal ini, Pemerintah Kabupaten Bantul melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) secara rutin menggandeng sejumlah pegiat media sosial yang cukup berpengaruh lewat Forum Netizen Bantul.

“Kenapa agenda ini rutin selalu kami agendakan setiap tahun? Karena kami menyadari butuh masukan dari kawan-kawan agar kami dapat terus memperbaiki pengelolaan media sosial. Kami tidak mau jadi katak dalam tempurung, atau malah jadi merasa sok bisa mengelola media sosial kami sendirian,” ujar Kepala Diskominfo Bantul, Bobot Arrifi’ Aidin, dalam Forum Netizen Bantul pada Kamis (30/11/2023). 

Sultan Mujid, salah satu pentolan ICJ, yang malam itu mengenakan kopiah kelabu nampak semangat mengutarakan uneg-uneg. Ia ingin forum yang mengumpulkan para pengiat media sosial di Bantul ini ada keberlanjutan yang bermanfaat.

“Kegiatan ini harus bisa berkembang. Informasi-informasi yang beredar di masyarakat jangkauannya harus lebih luas lagi. Kami siap kok jadi penyambung lidah masyarakat. Kami yakin hal ini bisa diwadahi Diskominfo. Tapi ya tentu saja info-info yang diberikan lewat akun medsos ini harus komprehensif, responsif, dan tidak monoton,” beber Mujid.

Menyambung hal tersebut, Antok, panggilan akrab dari Yanto Sumantri sebagai pendiri ICJ menambahkan bahwa penting juga membangun citra Bantul agar lebih dikenal masyarakat. Citra ini harus dibangun bersama agar juga bisa berdampak pada terdongkraknya potensi yang dimiliki Bantul baik dari wisata, UMKM, hingga ekonomi.

Lain lagi dengan Pakdhe Senggol. Punggawa JogjaUpdate ini berharap sinergi pemerintah harus lebih diperkuat akun media sosial pemerintah lebih kredibel. Jika pemerintah jeli, media sosial sejatinya bisa menjadi semacam early warning system atau peringatan awal terhadap isu-isu yang berkembang sehingga bisa mengcounter dengan sigap pun bijak. 

Sebagai Pamungkas, Rektor UTDI, Sri Redjeki, yang hadir sebagai narasumber pun menitip pesan, “Tema besar diskusi kita malam ini kan juga tentang Mewujudkan Bantul sebagai Kota Cerdas. Jadi, kami harap kawan-kawan penggiat media sosial ini terus memberi kemanfaatan bagi masyarakat. Mari bangun ekosistem media sosial kita ini agar terus berkembang lebih baik.”

Katakanlah akun media sosial pemerintah adalah corong yang punya suara paling lantang untuk menyuarakan apa-apa yang terjadi di sebuah wilayah. Sebab itulah Pemerintah Kabupaten Bantul terus berbenah. Selayaknya mendukung keterbukaan informasi publik, Pemerintah Kabupaten Bantul akan terus mengelola media sosial sebagai wadah humas yang terpercaya sekaligus humanis. (Els/https://diskominfo.bantulkab.go.id/)

Pos Terbaru :